Ulama jangan berpikiran sempit menyikapi tradisi MARPANGIR.
P.Sidimpuan STT Blog
Beragam aktivitas dilakukan masyarakat Indonesia dalam
menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Berbagai kegiatan itu merupakan
warisan dari generasi mereka sebelumnya. Keaneragaman kegiatan menjadi khasanah
budaya di tanah air.
Salah satu tradisi di Tapanuli Bagian Selatan yaitu Kota
Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padang Lawas
Utara dan Padang Lawas ketika menyambut bulan Ramadhan adalah Marpangir.
Tidak heran jika acara Marpangir telah membudaya hingga
saat ini, maka objek wisata sungai menjadi sasaran pengunjung, jadilah objek
wisata sungai di daerah Tapanuli Bagian Selatan menjadi primadona, objek wisata
sungai memiliki pesona tersendiri bagi mereka yang ingin melaksanakan mandi Marpangir
itu.
Sebahagian ulama menolak acara marpangir ini, yang
melalui berbagai media meminta agar umat Islam tidak ikut-ikutan mencontoh
perbuatan yang bukan ajaran Islam, apa lagi mandi marpangir tersebut memakai
ramu ramuan. Namun sang ulama tidak pernah menanyakan masyarakat apa sebenarnya arti atau tujuan marpangir
bagi warga yang melakukannya.
Ansori Harahap warga Kota P.Sidimpuan yang ikut
marpangir di sungai Aek Sijorni Kec. Batang Angkola Tapsel mengatakan ” ini
kesempatan bagi saya berekreasi dengan keluarga, di tempat ini saya dan tiga
orang anak bisa makan dan mandi bersama. Kesempatan yang hanya sekali dalam
setahun ini saya coba manfaatkan, karena tidak setiap saat saya bisa berkumpul
dengan keluarga” ucap abang becak ini. Ketika di tanya apakah ia membawa ramuan
pangir, ia mengatakan hanya membawa sabun dan shampo.
Hapip Lubis warga Sigalangan yang datang di tempat yang
sama mengatakan ” ini acara makan makan dengan keluarga. Kami kesini tidak
membawa ramuan pangir, karena niat kami murni untuk rekreasi keluarga” ucapnya.
Menanggapi keterangan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kabupaten Padang Lawas, Khatimul Ansor Siregar di media menilai Marpangir
merupakan bidah dolalah atau pekerjaan yang tak ada dasarnya dari Tuhan.
Hapip mengatakan semuanya tergantung niat dan
menyarankan yang bersangkutan survey langsung kepada masyarakat yang ikut
marpangir dan jangan langsung memvonis.
Pelaksanaan Marpangir merupakan acara rekreasi
keluarga.Mereka yang datang kelokasi marpangir lebih cendrung tuk menikmati
alam, untuk mandi dan makan bersama karena pada umumnya masing masing telah
membawa makanan kelokasi Marpangir tersebut. Tidak saja orang tua yang
melakukan kegiatan ini, tetapi anak-anak pun turut meramaikan tradisi leluhur ini.
Secara umum masyarakat yang mandi marpangir memakai shampo, bukan lagi memakai ramuan
dari wewangian tanaman. (Anas)
...contoh yg anda berikan bukan marpangir, karena ansori harahap dan hapip lubis mengatakan mereka "rekreasi", jadi mereka rekreasi bukan marpangir, yg ditolak ulama marpangir...
BalasHapus