21 Februari 2016

Kemajemukan Suku dan Agama di P.Sidimpuan Harus di Jaga Kerukunannya

Panitia dan Nara Sumber acara Sosialisasi Kerukunan Antar Ummat Beragama dan Wawasan Persatuan Bangsa (dari kiri) Soewanto.SE dari agama Buddha, Timbul Lubis Kasie Pengembangan Nilai Nilai Kebangsaan dari Kantor Kesbang Linmas Kota P.Sidimpuan, Sahat Tua Sinaga dari agama Kristiani dan Drs.Samsuddin. M.Ag dari agama Islam. (Poto. Anas) P.Sidimpuan STT Blog_______ Kemajemukan Suku dan Agama yang ada di Kota P.Sidimpuan harus tetap terjaga ke harmonisannya, sehingga ketentraman dan kenyamanan dalam melaksanakan kegiatan ibadah maupun tradisi adat budaya terlaksana dengan baik. Untuk itu peranan tokoh agama dan tokoh adat sangat besar dalam memelihara suasana kondusif di lingungan masing masing dengan menanamkan sikap toleransi di tengah tengah perbedaan tersebut. Demikian di sampaikan Timbul Lubis, Kasi Pengembangan Nilai Nilai Kebangsaan saat mewakili Kakan Kesbang Linmas Kota P.Sidimpuan saat membuka acara Sosialisasi Kerukunan Antar Ummat Beragama dan Wawasan Persatuan Bangsa di Aula Kantor Camat P.Sidimpuan Selatan, Kamis (4/2). Lebih Jauh di Katakannya “ melihat kondisi saat ini semua pihak harus mewaspadai gerakan gerakan yang mengarah pada perpecahan antar ummat beragama. Kerukan yang telah kita pelihara selama ini di Kota P.Sidimpuan harus kita pertahankan, karena Sidimpuan salah satu barometer kemajemukan suku dan agama yang terpelihara keharminisannya” ujarnya. Acara Sosialisasi Kerukunan Antar Ummat Beragama dan Wawasan Persatuan Bangsa ini di hadiri ratusan peserta yang terdiri dari Lurah, Kepala Lingkungan, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat dari 12 Kelurahan yang ada di Kec. P.Sidimpuan Selatan. Nara sumber acara ini dari Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota P.Sidimpuan, diantaranya Suwanto, SE dari agama Buddha, Sahat Tua Sinaga dari agama Nasrani dan Drs, Samsuddin.M.Ag dari Agama Islam. Suwanto.SE dalam paparannya mengatakan bahwa dalam ajaran Buddha jelas terdapat perintah untuk saling menghargai perbedaan seperti yang tersirat pada ungkapan Jawa kuno “ Bhinneka tunggal ika, tan hana Dharma mangrwa yakni berbeda beda tetap satu, tiada kebenaran yang mendua. Khusus di P.Sidimpuan ia melihat bahwa keberagaman suku dan adatnya itu justru jadi kekuatan bagi perkembangan kota P.Sidimpuan apa bila di kelola dengan baik. Sahat Tua Sinaga yang mantan anggota DPRD Kota P.Sidimpuan mewakili ummat Nasrani mengatakan bahwa setiap tokoh agama maupun tokoh adat di lingkungan masing masing harus mampu mendeteksi hal hal yang memungkinkan terjadinya perpecahan. Untuk itu dimita atau tidak, tokoh masyarakat harus mampu memposisikan diri sebagai penetralisir bila ada tanda tanda potensi perpecahan. Sahat Tua juga mengatakan bahwa beberapa waktu yang lalu pihaknya telah memberikan pemahaman tentang toleransi antar ummat beragama kepada generasi muda agama kristiani yang lazim di sebut Naposo Nauli Bulung. Ia berharap pemerintah mempasilitasi agar dilaksanakan penyuluhan kepada generasi muda di tiap lingkungan. Sementara Drs.Samsudin.M.Ag yang juga Wakil Rektor III IAIN P.Sidimpuan memaparkan bagai mana nilai nilai saling menghargai sesama ummat manusia seperti yang terdapat dalam ajaran Islam.(Mp.86).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar