Junaidi S

Keberadaan guru di mayapada sudah ada
sejak jaman dulu. Sejak manusia paling awal diciptakan, yaitu Nabi Adam A.S.
Guru Nabi Adam A.S. adalah guru dari segala guru, guru dari para penemu, guru
dari makhluk paling soleh, yaitu Allah SWT. yang Maha Tahu. Dalam Al Quran
diterangkan Allah SWT. yang mengajarkan pada Adam segala sesuatu tentang benda
yang ada di dunia. Selanjutnya Nabi Adam mengajarkannya pada Siti Hawa, begitu
seterusnya.
1. Orang tua, yang penuh kasih saying
pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta
didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain
secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang
lain, dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya.
Saat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan sangat beragam dan
tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar yang
kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten. Kondisi sekolah yang
memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah ambruk. Maka
tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan.
Salah satu permasalahan yang menimpa
dunia pendidikan adalah kompetensi guru. Guru yang harusnya memiliki kompetensi
sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya hanya sedikit yang masuk kategori
tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan. Program sertifikasi guru yang
sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian dari usaha pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Program sertifikasi guru merupakan program yang menyentuh langsung
kompetensi guru. Salah satu kriterianya yaitu menilai kemampuan guru dari segi
kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran. Diharapkan guru dapat melakukan
pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa ke arah sikap kreatif dan inovatif
serta trampil. Kondisi tersebut harus dimulai dari gurunya sendiri.
Sebagai contoh derasnya informasi serta cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama
guru yang disebut “mengajar”. Masih perlukah guru mengajar di kelas seorang
diri, menginformasikan, menjelaskan dan menerangkan? Permasalahan lain akibat
derasnya informasi dan munculnya teknologi baru adalah kesiapan guru untuk
mengikuti perkembangan tersebut. Seorang guru dituntut harus serba tahu bila
tidak tahu guru harus berkata jujur “Saya tidak tahu”. Namun kalau terlalu
sering guru berkata demikian alangkah naifnya guru tersebut. Seyogyanya dia
terus mencari tahu, belajar terus sepanjang hayat, memanfaatkan teknologi yang
ada.
Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai masyarakat, di sekolah
dinilai oleh murid dan teman sejawatnya serta atasannya. Peran apakah yang
harus dilakoni seorang guru supaya penilaian mereka positif? Suatu pertanyaan
-yang menjadi salah satu permasalahan- yang sekarang muncul di masyarakat.
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kompetensi
dan kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal demikian timbul
pertanyaan, sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru
sehingga anak didik bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru seperti yang
telah disampaikan di atas ataukah ada peran lain yang harus dilakoni seorang
guru ?
Beragam pertanyaan tadi dapat menyebabkan demotivasi bagi seorang calon
guru ataupun guru yang sudah lama mengabdi. Apakah saya mampu menjadi guru yang
ideal? Peran apa yang harus saya lakoni untuk menjadi guru yang ideal? Demikian
pertanyaan yang timbul dalam hati seorang guru yang berniat mengabdikan sisa
hidupnya di dunia pendidikan.
Pertanyaan tersebut sebelumnya telah menggugah sejumlah pengamat dan akhli
pendidikan. Mereka telah meneliti peran-peran apa yang harus dimiliki seorang
guru supaya tergolong kompeten dalam pembelajaran maupun pergaulan di
masyarakat.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran
guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan
dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein
(1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan
disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,
tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah
dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing

Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi
yang hendak dicapai.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran,
dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu
tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik
intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis
kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan
kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang
dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas
antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang
tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang
harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini
kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai
jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru :
Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui
pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku
neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum

Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan
dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
8. Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang
mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya
bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan
pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.
Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan
cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.
Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan.
Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi
kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan
berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru
adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru
berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia
tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan
menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin
saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang
lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan
peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada
pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam
berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari
proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan
rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut
tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan
guru pada semua peranannya.
13. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka
memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama
menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk
mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi
kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan
cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan
tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan
keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak
mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan
lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita.
Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang
kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi
manusia.
Cerita adalah cermin yang bagus dan
merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana
memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan
kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan
dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan
gagasan kehidupan di masa mendatang.
15. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan
penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga
tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya,
dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol.
Sebagai aktor, guru berangkat dengan
jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya.
Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha
meningkatkan minat para pendengar.
16. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu
memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa
kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari
“self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta
didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan
dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
17. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan
aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar
belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Penilaian harus adil dan objektif.
18. Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya
manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang
maupun di masa depan.
Sarana pengawet terhadap apa yang
telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai
sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.
19. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan
proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya
peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan
setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran
kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi
yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan
pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan
potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari
tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi
bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang
menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun
dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju
kehancuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar