Cerita mengenai DAK Pendidikan " Banyak kepala sekolah yang setengah Jantungan"

(Kiriman AR. Siregar)
di sadur dari cerita Septiyan...
........
Senang dan tidak senang. Itulah yang dirasakan oleh para kepala
sekolah saat menerima bantuan dana sarana dan prasarana dari pemerintah
untuk sekolahnya.
Senangnya , karena kepala sekolah bisa memperbaiki atau melengkapi fasilitas disekolahnya. Tidak senangnya, karena berbarengan dengan turunnya dana tersebut, banyak pula yang turun kesekolahnya dariberbagai kalangan baik itu wartawan maupun Lsm yang bermacam macam motiv kedatangannya.
Senangnya , karena kepala sekolah bisa memperbaiki atau melengkapi fasilitas disekolahnya. Tidak senangnya, karena berbarengan dengan turunnya dana tersebut, banyak pula yang turun kesekolahnya dariberbagai kalangan baik itu wartawan maupun Lsm yang bermacam macam motiv kedatangannya.
Ada yang datang hanya untuk
meminta jatah sambil mengorek ngorek kesalahan, ada yang datang menjual aneka
macam barang seperti buku agenda, kalender dan kain alas meja yang harganya
bisa 1000 kali lipat dari harga biasanya. Dan ada pula yang datang menawarkan (
sambil memaksa ) material bangunan atau peralatan lainnya sambil membawa
rekomendasi dari pejabat tertentu. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka
sekolah harus membelinya.

Sebut saja Pak Bingung salah
seorang kepala sekolah di kabupaten Tasikmalaya yang pada tahun ini menerima
bantuan Dana Alokasi Khusus ( DAK ) dari pemerintah pusat untuk rehabilitasi 3
ruang kelas yang sudah beberapa tahun ini ambruk. Sejak ditetapkan oleh Dinas
pendidikan kabupaten sebagai penerima bantuan, sejak itu pula sudah banyak yang
datang dari kalangan wartawan dan Lsm untuk menawarkan material bangunan berupa
rangka atap baja ringan. Semua yang datang itu menyebutkan mengaku
sudah mendapat restu dari pejabat di dinas Pendidikan. Bahkan ada yang mengaku
sudah mendapat restu dari orang nomor satu di kabupaten.
.jpg)
Jadinya Pak Bingung sebelum melaksanakan kegiatan rehabilitasi sekolahnya, ia harus mempersiapkan dulu cara merekayasa penggunaan dana tersebut agar semua pos tidak terduga itu bisa tertutupi.
Mulai pos amplop wartawan dan Lsm, pos organisasi profesinya, OKP,pos persatuan para kepala sekolah, pos pejabat dinas pendidikan kecamatan dan kabupaten sampai pos buat pemeriksa nanti kalau sudah selesai kegiatan.
Salah satu untuk ia tidak tambah
lebih bingung lagi apalagi sampai linglung, maka Pak Bingung terpaksa harus
pandai berbohong. Kepada bawahannya disekolah juga kepada orang rumahnya ia
selalu menitipkan pesan utama yakni ” Kalau ada wartawan atau Lsm yang datang
bilang tidak dan katakan saja sedang keluar dan pulangnya belum tentu “.
Dan satu lagi Pak Bingung harus sering gonta ganti nomor hpnya untuk menghindari telepon masuk. Sebab kalau ia tidak bisa ditemuai, biasanya wartawan atau Lsm selalu menghubunginya melalui hp dan tidak jarang dengan nada mengancam.
Dan satu lagi Pak Bingung harus sering gonta ganti nomor hpnya untuk menghindari telepon masuk. Sebab kalau ia tidak bisa ditemuai, biasanya wartawan atau Lsm selalu menghubunginya melalui hp dan tidak jarang dengan nada mengancam.
Itulah sekelumit cerita tentang
kepala sekolah di daerahku yang mungkin sama terjadi dan dialami oleh kepala
sekolah di daerah lainnya. Dimana kepala sekolah selalu dalam posisi menjadi
tumbal setiap ada bantuan yang datang kesekolahnya. Diperas setelah di
korbankan. * septyan...
Isi diluar tanggung jawab Sidimpuan tabagselta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar